
“The consequences of an act affect the probability of its occurring again.”
Burrhus Frederic Skinner, atau yang dikenal sebagai B.F. Skinner merupakan seorang psikolog Amerika dan seorang eksponen behaviorisme yang berpengaruh. Ia memandang perilaku manusia dalam hal respons terhadap rangsangan lingkungan dan mendukung studi ilmiah yang terkendali tentang respons sebagai cara yang paling langsung untuk menjelaskan sifat manusia. Skinner sangat berpegang teguh pada prinsip bahwa hanya perilaku yang bisa diamati yang perlu dipelajari, sehingga pendekatannya disebut behaviorisme radikal. Pendekatan ini menolak konsep-konsep abstrak seperti ego, sifat, dorongan, kebutuhan, atau rasa lapar, karena dianggap tidak bisa diukur secara langsung.
Skinner juga dianggap sebagai seorang determinis dan environmentalis. Sebagai seorang determinis, ia tidak percaya pada konsep kehendak bebas. Menurutnya, perilaku manusia bukanlah hasil dari keputusan individu, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang dapat dipelajari secara ilmiah, seperti lingkungan dan pengalaman sebelumnya. Sebagai seorang environmentalis, Skinner berpendapat bahwa psikologi seharusnya tidak menjelaskan perilaku berdasarkan faktor biologis atau bawaan seseorang, tetapi lebih pada pengaruh lingkungan. Ia mengakui bahwa faktor genetik memang berperan, tetapi karena sudah ada sejak lahir, faktor ini tidak bisa digunakan untuk mengendalikan perilaku. Menurutnya, pengalaman hidup seseorang lebih berguna dibandingkan faktor biologis dalam memahami dan mengendalikan perilaku.
Teori-Teori B. F. Skinner

1. Conditioning
Skinner (1953) mengidentifikasi dua jenis pengkondisian, yaitu pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.
a. Classical Conditioning
Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral dipasangkan berulang kali dengan stimulus tanpa syarat hingga mampu memicu respons yang sebelumnya terjadi secara alami, yang kemudian disebut respons terkondisi. Contohnya termasuk refleks seperti pupil mengecil saat terkena cahaya atau bersin karena bubuk lada. Selain perilaku refleks, pengkondisian klasik juga berperan dalam membentuk respons emosional kompleks, seperti fobia, ketakutan, dan kecemasan.
b. Operant Conditioning
Meskipun pengkondisian klasik berperan dalam beberapa bentuk pembelajaran, Skinner meyakini bahwa sebagian besar perilaku manusia dipelajari melalui pengkondisian operan. Dalam pengkondisian ini, perilaku terjadi terlebih dahulu, lalu diperkuat oleh lingkungan. Jika perilaku tersebut mendapatkan penguatan, maka kemungkinan besar akan terulang di masa depan. Disebut pengkondisian operan karena individu secara aktif berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan hasil tertentu. Penguatan tidak langsung menyebabkan perilaku, tetapi meningkatkan peluang perilaku tersebut akan terjadi lagi.
2. Shaping
Shaping adalah proses di mana lingkungan atau eksperimen memberikan imbalan untuk perilaku yang mendekati perilaku yang diinginkan. Awalnya, perilaku yang masih kasar diberi penguatan, lalu hanya perilaku yang lebih mendekati target yang diperkuat, hingga akhirnya terbentuk perilaku yang diinginkan. Dengan cara ini, perilaku kompleks dapat dikembangkan secara bertahap melalui serangkaian penguatan bertahap. Contohnya adalah seorang anak yang belajar menulis tidak langsung bisa menulis huruf dengan sempurna. Awalnya, ia mungkin hanya menggambar garis acak, lalu mulai membentuk huruf yang belum rapi. Setiap kali kemampuannya membaik, ia mendapatkan pujian atau hadiah.
3. Reinforcement
Menurut Skinner (1987), penguatan memiliki dua fungsi utama, yaitu memperkuat perilaku dan memberikan penghargaan. Namun, penguatan dan penghargaan bukanlah hal yang sama. Penguatan adalah peristiwa yang meningkatkan probabilitas tingkah laku terulang, sementara penghargaan adalah konsekuensi dari tingkah laku. Reinforcement sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif (memberikan kondisi lingkungan yang menguntungkan) dan penguatan negatif (mengurangi atau menghindari kondisi lingkungan yang merugikan).
4. Punishment
Skinner mengembangkan Teori Hukuman (Punishment Theory) sebagai bagian dari pengkondisian operan. Hukuman digunakan untuk mengurangi atau menghentikan perilaku yang tidak diinginkan. Bahkan, menurut Skinner (1953), hukuman tidak selalu efektif dalam mengurangi perilaku karena efeknya lebih sulit diprediksi dibandingkan dengan penguatan positif. Hal ini sejalan dengan pandangan Thorndike yang menekankan bahwa hukuman seringkali kurang konsisten dalam mengubah perilaku dibandingkan dengan hadiah atau penguatan positif.
● THE SKINNER BOX EXPERIMENT ●
Bayangkan seekor tikus kecil berada dalam sebuah kotak misterius yang di mana setiap tindakannya menentukan apakah ia akan mendapatkan makanan atau justru menghadapi konsekuensi yang tidak menyenangkan. Inilah konsep di balik Skinner Box, sebuah alat eksperimen yang dirancang oleh B.F. Skinner untuk meneliti bagaimana perilaku dapat dibentuk melalui penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Kotak ini dilengkapi dengan tuas atau tombol yang dapat ditekan oleh hewan untuk memperoleh hadiah, seperti makanan atau air. Sebaliknya, hukuman seperti sengatan listrik ringan atau suara bising digunakan untuk menguji bagaimana hukuman dapat mengurangi perilaku tertentu. Melalui eksperimen ini, Skinner menunjukkan bahwa makhluk hidup, termasuk manusia, belajar dari konsekuensi tindakan mereka. Teori pengkondisian operan yang dikembangkan dari penelitian ini menjadi dasar dalam memahami perilaku, terutama dalam konteks pendidikan dan psikologi klinis.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, (2022), Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. (p. 337-354)
Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Psychology: theories of personality.
Shackelford, T. K., & Weekes-Shackelford, V. A. (Eds.). (2021). Encyclopedia of
Evolutionary Psychological Science. doi:10.1007/978-3-319-19650-3
