Happy Birthday Rollo May

Elita Mufidah Sari
Gambar Awal

“The search for meaning isn't a luxury, but a necessity for human existence”

Rollo May merupakan psikolog terkenal di Amerika Serikat dan seorang juru bicara psikologi eksistensial terkemuka di Amerika Serikat selama lebih dari 50 tahun. May merupakan penulis populer di semua kalangan karena pengetahuan dan analisisnya yang mendalam mengenai kondisi manusia. Pada tahun 1958, May berkolaborasi dengan Ernest Angel dan Henri Ellenberger untuk menerbitkan Existence: A New Dimension in Psychiatry and Psychology yang memperkenalkan konsep terapi eksistensial dan melanjutkan popularitas gerakan eksistensial. Karya dari May yang paling terkenal merupakan Love and Will (1969) yang memenangkan Ralph 1970 Penghargaan Waldo Emerson untuk beasiswa kemanusiaan.

Menurut May (Koeswara, 1987), psikologi eksistensial adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku manusia, upaya memahami manusia dengan menjembatani kesenjangan antara subjek dan objek, pendekatan terhadap manusia, dan sikap terhadap psikoterapi. May melihat bahwa manusia hidup dalam dunia pengalaman masa kini dan akhirnya bertanggung jawab atas jati diri mereka sendiri. Dalam konsep eksistensialisme terdapat dua hal mendasar yaitu Berada di Dunia (Being in the World) dan Tidak Ada di Dunia (Nonbeing). Berada di Dunia merujuk pada kesatuan dasar manusia dan lingkungan yang diungkapkan dalam Dasein yang berarti di sana. Banyak orang menderita kecemasan dan keputusasaan akibat keterasingan dari diri sendiri atau dunia. Keterasingan ini dimanifestasikan dalam tiga bidang, yaitu Umwelt (lingkungan sekitar), Mitwelt (Hubungan dengan orang lain), dan Eigenwelt (hubungan dengan diri sendiri). Sedangkan tidak ada di dunia (non being) merujuk pada kesadaran seseorang mengenai dirinya sebagai makhluk hidup dan ada yang mengarah pada perasaan takut akan ketidakberadaan (non being) atau ketiadaan (nothingness)
‎ ‎

Teori-Teori Rollo May

Gambar Tengah
Ilustrasi gambar tengah artikel

1. Anxiety
Menurut May, anxiety merupakan keadaan subjektif dimana individu menyadari potensi kehancuran terhadap keberadaannya atau nilai-nilai yang melekat padanya, sehingga merasa “bukan apa-apa”. Anxiety atau kecemasan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu kecemasan biasa dan kecemasan neurotik. Kecemasan biasa merupakan respons seimbang dengan ancaman, tidak melibatkan depresi, dan dapat dihadapi secara konstruktif dengan kesadaran. Sedangkan kecemasan neurotik merupakan kecemasan yang bisa menjadi sakit jika tidak proporsional terhadap ancaman, melibatkan depresi, dan mengarah pada konflik intrapsikis.

2. Guilt
May mengidentifikasi bahwa kecemasan dan rasa bersalah adalah bagian ontologis dari keberadaan manusia, merujuk pada hakikat keberadaan daripada perasaan yang timbul dari situasi tertentu. Menurut May (1958), terdapat 3 bentuk rasa bersalah ontologis yang terkait dengan cara manusia berinteraksi dengan dunia, yaitu rasa bersalah Umwelt karena ketergantungan pada sumber daya yang dihasilkan oleh orang lain, rasa bersalah Mitwelt karena ketidakmampuan untuk sepenuhnya memahami kebutuhan orang lain dan menyebabkan perasaan tidak memadai dalam hubungan, dan rasa bersalah Eigenwelt karena penolakan atau kegagalan untuk memenuhi potensi diri sendiri.

3. Intentionally
Intentionally menurut May adalah struktur yang memberi makna pada pengalaman dan memungkinkan orang untuk membuat keputusan tentang masa depan. Intensionalitas dan tindakan tidak dapat dipisahkan. Tanpa adanya intensionalitas, orang tidak dapat memilih atau bertindak berdasarkan pilihannya. Tindakan menyiratkan intensionalitas, sama seperti intensionalitas menyatakan tindakan.

4. Care, Love, and Will
Menurut May, kepedulian merupakan keadaan dimana sesuatu menjadi penting. Sedangkan cinta merupakan perasaan gembira atas kehadiran orang lain dan penegasan nilai bahwa orang tersebut berharga bagi dirinya. Cinta (love) terbagi menjadi beberapa bentuk, yaitu Seks, Eros, Philia, dan Agape. Mencintai berarti peduli, mengakui hakikat kemanusiaan, dan secara aktif memperhatikan perkembangan orang lain. Tanpa adanya kepedulian maka tidak akan ada cinta, yang ada hanya sentimental kosong atau gairah seksual sementara. Sedangkan Will, dipandang sebagai kekuatan atau kekuasaan yang menjadikan seseorang mementingkan diri sendiri, tidak memiliki gairah, tidak peduli, dan hanya manipulasi. Bagi May, penyatuan antara Love dan Will merupakan hal yang tidak mudah karena keduanya melibatkan kepedulian, memerlukan pilihan, dan membutuhkan tanggung jawab.

5. Freedom and Destiny
Kebebasan → kapasitas individu untuk mengetahui bahwa dirinyalah yang menentukan apa yang disebut May sebagai takdir. Kebebasan terbagi menjadi 1). Kebebasan eksistensial → kebebasan bertindak dan melakukan berdasarkan pilihan yang dibuat. 2). Kebebasan esensial → mengacu pada sikap seseorang terkait sumber penyebabnya bertindak. Menurut May, seseorang tidak perlu dibatasi kebebasan eksistensialnya untuk mencapai kebebasan esensial karena takdir adalah batasan kita. Takdir → rancangan alam semesta yang berbicara melalui rancangan masing- masing individu. Manusia memiliki kekuatan untuk memilih, menghadapi, dan menantang takdir. Namun, tidak semua keinginan terhadap perubahan akan terjadi. Kebebasan dan takdir saling terkait. Tanpa takdir kita tidak punya kebebasan, tapi tanpa kebebasan takdir kita tidak ada artinya.

6. Kekuatan Mitos
Menurut May, mitos bukanlah kebohongan, tetapi merupakan sistem kepercayaan, baik sadar maupun tidak, yang memberikan penjelasan terhadap masalah-masalah pribadi dan sosial. May (1991) menyamakan mitos dengan balok penyangga dalam sebuah rumah - meskipun tidak terlihat dari luar, tetapi mereka memegang rumah agar tetap utuh dan layak dihuni. May berpendapat bahwa, mitos oedipus masih memiliki makna bagi orang-orang hingga masa kini karena membahas krisis eksistensial yang umum dialami oleh semua orang yakni kelahiran, pemisahan atau pengasingan dari orang tua dan rumah, persatuan seksual dengan salah satu orang tua dan permusuhan terhadap yang lain, peneguhan kemandirian dan pencarian identitas, dan kematian. Sejak zaman dahulu kala dan dalam berbagai peradaban, manusia telah menemukan makna dalam hidup mereka melalui cerita-cerita mitos yang mereka bagikan dengan orang lain dalam budaya mereka. Mitos-mitos ini menjadi pengikat yang menyatukan sebuah masyarakat; "mereka adalah elemen penting dalam menjaga kehidupan jiwa kita tetap hidup dan memberikan makna baru dalam dunia yang sulit dan sering kali tampak tanpa arti" (May, 1991, hlm. 20).
‎ ‎

● KISAH FILIPHUS ●
Seorang arsitek yang diceritakan May (1981) menggambarkan perjuangan manusia untuk tumbuh dan menjadi lebih utuh. Philip mengalami konflik dengan pasangannya, Nicole yang mengusulkan hubungan terbuka dengan pria lain. Walaupun, Philip merasa cemburu dan tidak bisa memutuskan hubungannya. Philip merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat dan bingung tentang apa yang harus dilakukan, antara mengikuti rasa cemburu atau amarahnya. Kisah ini mencerminkan konsep-konsep dalam teori kepribadian Rollo May, seperti kecemasan, intensionalitas (kesadaran akan tujuan dan makna dalam tindakan), takdir (penerimaan akan realitas ketiadaan dan kematian), psikopatologi (gangguan mental), dan psikoterapi (proses pemulihan melalui terapi). Philip mencari pemahaman tentang dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain. Dia dihadapkan pada pilihan antara menghadapi kenyataan atau menyangkal dirinya sendiri, yang mempengaruhi kondisi mentalnya.

‎ ‎
‎ ‎
‎ ‎

DAFTAR PUSTAKA
Feist, J. & Feist., G. .(2010). Theories of Personality. 7th Edition. Boston: McGraw Hill.
Mulyadi, S., Lisa, W., Kusumastuti, A. N. (2016). Psikologi Kepribadian. Penerbit
Gunadarma. Sa’adah, D. Z. (2020). Konseling Eksistensial Humanistik untuk Mengurangi Kecemasan Terhadap Masa Depan. Procedia: Studi Kasus Dan Intervensi Psikologi, 8(3).

Gambar Akhir

Bagikan Artikel